April 22, 2013

Keluarga Mentimun

Gue manyun akut liat gerombolan mentimun di depan gue gak habis-habis. Ceritanya lagi pada panen mentimun tuh disawah dan kebetulan harga mentimun sangat fantastis. Yah..... kurang lebih 5 rebu sekarung. Jadi, yang tidak habis terjual, harus habis dimakan.

Keluarga gue puya seupil tanah sawah, itupun hasil warisan kakek moyang gue, jadi musti dijaga kelestariannya (berasa hutan). Kegiatan persawahan macam sabit menyabit, nyabut mencabut, petik memetik dilaksanakan oleh paman dan bibi gue. Kalau gue dan adik-adik gue mah tidak mau ikut campur plus kami juga tidak dipercaya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut karena mereka tau hasilnya akan seperti apa. Mereka takut aja pas musim tanam padi gue menanam strawberry atau pas musim palawija gue justru menanam ganja (nah lohhhh...!!!!). Dan bulan ini lagi panen mentimun. Gue heran kenapa pada gak nanem bawang putih atau bawang merah, kan lumayan tuh harganya meroket. Nah ini...timun, udah banyak gak laku, cuma 5 rebu pulak. Endingnya semua sisanya ditaruh di rumah. Mending apa timun mas, gue mah rela-rela aja berkarung-karung di rumah.

Lalu.....apa yang kami lakukan pada tumpukan mentimun ini????





Emak gue tuh paling kreatip kalau soal olah mengolah. Udah beberapa hari ini uang dapurnya tambah hemat karena dari appetizer ampe dessert ada unsur 'cucumber'. Makan sayurnya tumis timun atau sayur timun urap. Dagingnya ada tempe bacem, tahu bacem dan timun bacem (rasanya sungguh menakjubkan). Ada juga acar timun sebagai pelengkap dan untungnya emak gak bereksperimen bikin kerupuk timun (memang dampak krisis ekonomi cukup mampu meningkatkan kreatifitas ibu-ibu rumah tangga). Dessertnya ada rujak mentimun sampai cake timun (ini gue gak tau nemu resep ngaco dimana). Awas aja sampai bikin sambal mentimun. Even anjing-anjing gue juga ketiban sial. Tiap kali dikasi makan selalu diberi irisan mentimun macam nasi goreng. Yang ada anjing-anjing gue mogok makan karena gak terima jatah singkong mereka digantikan mentimun. Jadilah kami keluarga mentimun. Dan setiap pagi kami selalu merasa dunia berputar lebih cepat dari biasanya (efek mentimun pada penderita tekanan darah rendah).

Selain dimasak, ini mentimun juga dipakai cuci tangan atau buat bersihin kuku, buat pengganti pasta gigi; jadi pagi-pagi gak perlu ambil sikat gigi, cukup kunyah mentimun lalu dibuang. Yang paling exterm dan bermanfaat buat gue adalah ketika ada sekelompok ayam tetangga yang doyan bikin kerusuhan di kebun gue. Saat itulah mentimun itu berguna sebagai pengganti bola kasti untuk memukul mundur pasukan pasukan berbulu belang itu. Atau kalau gue lagi berburu mangga tetangga, yak....itu cukup bagus dipakai umpan untuk dilempar.

Namun sayangnya semua kegiatan diatas belum juga mampu mengurangi tumpukan mentimun di depan dapur. Lalu paman gue setiap hari membagikan itu mentimun ke teman-teman kantornya, tetangga, orang-orang dijalanan. Tetep juga masih numpuk. Gue jadi kepikiran ide temen gue buat menggunakan mentimun itu sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Misalnya, kalau gue mengajukan pertanyaan ke murid-murid gue dan mereka bisa jawab, paling reward yang gue berikan berupa acungan jempol. Nah kalau sekarang rewardnya mentimun, kira-kira masih ada yang mau jawab gak pertanyaan gue? Atau mungkin bisa gue bagikan di kantin secara gratis sebagai dessert buat siswa sehabis makan. Kira-kira ibu kantinnya terima gak yah ide gue? Gue juga nanti bisa ikut jualan timun goreng, timun keju, timun bakar, timun krispy atau ice cucumber. Nah...ide yang satu ini yang paling spektakuler dan mujarab menurut gue. Gemana kalau mentimun ini dipakai untuk membersihkan meja, kursi, kaca jendela, atau menegepel lantai, kan jadi hemat air dan pembersih buatan. Dan bila perlu lapangan basket juga dipel pakai mentimun. Jadilah kami sekolah mentimun.

Hal-hal diatas menunjukkan bahwa keluarga gue memang extraordinary.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar