September 01, 2012

Ramuan Kecap dari Jaman Prahara

Gue lagi sakit. Sakit hati komplikasi sakit jiwa dan sakit panu kronis. Gue bukan habis diputusin, bukan pula habis dicampakkan (secara jomblo mania). Gue juga bukan habis dianiyaya ataupun dizolimi. Gue sakit hati karena batuk. Batuknya ngefans banget sama muka imut gue sampai dia betah nemenin gue 2 mingguan. Hanya karena donat mungil bertabur gula halus yang disinyalir adalah pemanis buatan, gue jadi batuk-batuk alay sepanjang hari. Batuk gue emang macam toko waralaba 24 jam, tapi kroditnya mulai sore ampe malem. It means gue jadi susah tidur. Parahnya lagi gue adalah orang ekspresif. Tiap kali batuk selalu aja nemu gaya aneh bin gak jelas. Sebentar batuk dengan gaya rocker, sebentarnya lagi batuk dengan pose girlband korea di akhir video klipnya. Yang membahayakan adalah kalau gue batuk sambil nendang apa yang ada di depan gue (so...stay away from me).
Well, gue emang gak pergi ke dokter. Kenapa? Satu, karena gue males memperkaya dokter-dokter yang sudah kaya dari orok. Dua, paling batuk gue juga sembuhnya lama. Tiga, gue sangat skeptis dengan dokter-dokter muda sekarang yang suka meriksa pasien sambil dengerin lagu-lagu korea. Sambil goyang-goyang sok imut dia bilang, "Istirahat yang cukup, minum yang banyak dan semuanya dua ratus ribu rupiah belum termasuk pajak dan obat." Empat, gue selalu suka obat natural alias obat tradisional (efek sampingnya tidak parah. Paling banter cuma mencret).
Setelah gue tanya-tanya, banyak yang menyarankan minum ramuan mujarab dari jaman antah berantah. Ramuannya cukup sederhana dan murah. Cukup campur air jeruk nipis dengan kecap manis. Lalu diminum.
Gue sangat terharu dengan penemu ramuan ini. Kok bisa yah campuran kecap dan jeruk nipis nyembuhin batuk. Kalau air jeruk nipis sih fine, tapi campuran kecapnya bikin gue agak-agak skeptis. Atas nama prinsip 'Practice Makes Perfect', maka gue coba membuktikan keampuhan ramuan entah neneknya siapa. Sewaktu gue ngajar di rumah murid, gue ke dapurnya buat bikin jamu kecap. Setelah memeras air jeruk nipis, saatnya memasukkan kecap. Gue clingak clinguk nyari kecap. Yang gue temukan cuma botol sambal dan botol yang ada cairan hitamnya. Aha....pasti itu kecap manis karena cukup kental isinya. Dan setelah gue baca labelnya, ternyata................harganya cuma Rp. 4500. Lalu gue lanjutkan membaca dan ternyata....................itu adalah saos tiram bukan kecap manis. Gue sudah meneliti semua rak yang ada di dapur murid gue, tapi gak nemu kecap manis. Ya sudahlah, toh sama-sama hitam dan kental. Paling bedanya di aroma lautnya saos tiram. Dan gue campurlah saos tiram dengan air jeruk nipis. Gue aduk-aduk dan hmmmmm.......kalau ditambah pentol bakso kayaknya enak...nyamm...nyamm... Setelah mengucap doa dan permintaan maaf pada Tuhan, langsung gue minum jamu kecap itu dan wellll......O.K.......rasanya.....amazing...unbelievable.......fabulous........extremely gak jelas. Hah....gue semakin mengutuk pencetus ide ramuan ini.
Karena gue kejang-kejang gak jelas akibat amazing taste dari ramuan kecap ini, murid gue sampai mikir gue lagi latihan tari kejang buat tujuhbelasan(lomba lari karung dan bawa kelereng sudah agak jarang dari perayaan tujuhbelasan. Tergantikan dengan lomba yang lebih alay macam lomba fashion show ataupun lomba karaoke sambil senam poco-poco). Hah!!!!!! Takkan kucoba lagi.
Malamnya, batuk gue nongkrong seperti biasa. Nothing change. Hmmmm....sepertinya gue harus meracik ramuan sendiri. Mungkin gue perlu menambahkan garam dan sedikit gula pada air jeruk nipis. Kemudian tambahkan susu kental manis sedikit dan air dingin plus es batu secukupnya. Nah kalau sudah dia duk pasti jauh lebih enak rasanya daripada ramuan kecap gitu. Baiklah....akan kucoba besok.