Juni 24, 2012

Rambutmu Kepribadianmu

Gue sering denger pepatah 'Don't judge the book from its cover'. Kalo menurut gue lebih tepat 'Don't judge the book from its price', cuma bikin sakit hati kalo beli buku mahal tapi isinya kagak ngarti. Tapi gue bukan mau mengkritik buku saat ini. Gue mau mengkritik cara pandang orang terhadap diri gue. Mereka memberlakukan pepatah 'Judge this girl from her hair'. Menurut gue gak ada hubungan antara rambut dan kepribadian orang mengingat banyak fake hair belakangan ini. Kemaren gue pergi ke salah satu salon terkenal yang biaya cuttingnya lumayan buat 4 kali jatah lunch. Gue mau motong abis rambut gue (efek naeknya harga shampo dan sembako). Disana gue nemu beberapa orang berspekulasi asal tentang gue. Emang penting yah ngobrolin gue? Menurut mereka mungkin penting karena pas gue kesana masih sepi, jadi gak ada bahan gosipan gitu. Pas rambut gue dicuci, tukang cucinya bilang gini:

"Lagi liburan mbak?"
"Ah enggak kok, ntar sore juga kerja"
"Asli mana mbak?"
"Asli bumi kok"
"Ah mbak....maksudnya aslinya dari mana?"
"Dari Bali."
"Oh...orang Bali ya?"
"Emang mas pikir dari mana?
"Saya pikir tamu dari Flores."
(T_T)
"Eh mbak kerja dimana?"
"Di kursus. (mulai bete karena sudah di diskriminasi)
"Oh jadi kerja sambil kursus yah?"
(Alamakk......udah sotoy pake budeg lagi) "Saya kerja di kursus gitu."
"Kursus apa mbak?"
"Kursus menzolimi orang."
"Pake conditioner mbak?"
"Gak. Pake parang ato samurai sekali tebas."
??????????????????????
"Gak usah pake conditioner mas, gak ngefek sama rambut saya. Mendingan dishampoin aja daripada perusahaan situ rugi."
"Trus pake handuk mbak?"
"Emang kalo saya bawa handuk sendiri dapet setengah harga?"
"Enggak."
"Managernya mana seh??????????"

Giliran rambut gue dipotong, hairstylistnya mulai basa basi:
"Dari mana mbak?"
"Dari rumah."
"Maksudnya mbak asalnya dari mana?"
(warning...bip....bip...bip....) "Saya bukan dari Flores."
"Trus?"
"Dari sini, Bali."
"Haduh.......rambutnya kering banget, sering diwarnain ya?"
"Gak pernah."
"Tapi kok coklat kekuningan gini?"
"Warna rambut saya ngikut suasana hati."
"Ah...mana ada gitu. Emang kalo rambutnya bgini, suasana hatinya lagi gemana?"
"Lagi panasssssssss."
"Diangin-anginin mbak biar adem. Ini sering berenang yah?"
"Saya gak bisa renang."
"Kalo rambutnya kayak gini biasanya orangnya suka renang. Kan airnya bikin rambut rusak."
"Kalo saya suka berendam di empang, ngaruh juga?"
"Ngaruh. Makanya airnya harus sering diganti dan jangan terlalu lama rambutnya direndam."
??????????????? (sejak kapan empang bisa diganti airnya??????)
"Pernah dilurusin rambutnya?"
"Enggak."
"Kalo keramas pake conditioner dong mbak."
"Udah."
"Sering creambath ato dimasker dong."
"Udah. Sebulan sekali." (kalo ada duit)
"Hmmmmm......kok aneh. Udah pernah pake perawatan traditional, macam pake santan, daun mangkok ato yang lainnya."
"Udah pernah make air daun kembang sepatu, kemiri gosong, santan, air mawar dan wortel, daun mangkok, jus tomat dan telur. Sekarang rencananya mau coba campuran jus duren dan air daun suji."
"Mbak ini perawatan ato jualan es sih. Yang serius dong merawat rambutnya."
"Saya sangat serius dengan rambut saya sejak kecil. Pantat saya korengan, punggung saya kapalan, saya cuekin. Tapi kalo rambut.........total saya merawatnya. Saya pernah dikejar tetangga karena nyolong mawarnya buat ramuan rambut. Sayur gudeg ibu saya langsung jadi sayur bening karena santannya saya colong. Yang paling serius adalah ibu saya rugi besar dalam jualan kue karena telurnya saya colong terus dan saya ngabisin sekilo jeruk nipis buat ngilangin bau amisnya."
"Mbak............
"Iya?"
"Pantes rambutnya begini."
"Itu anehnya. Justru ketika saya total merawatnya dia jadi tambah gak jelas."
"Mending sekarang ke salon aja yah. Serahkan perawatannya pada ahlinya."
"Udah kok. Sejak kerja saya gak sempat ngurusin rambut, jadi saya bawa ke salon aja. Tapi gak ngefek juga."
"Hmmmmm..........kayaknya....
"Kenapa mas?"
"Kayaknya mbak gak punya pacar yah?"
??????????? "Maksudnya?"
"Biasanya orang kesepian rambutnya tidak berkilau dan kusam kayak mbak ini."
"Perasaan rambut saya udah dari kecil begini."
"Itu kan perasaan mbak saja."
(sepertinya gue malas datang kesini lagi)
"Udah mbak."
(ambil kacamata and liat hasil potongan rambut gue and shock) Loh.....????? Mas???? Kok rambut saya kayak potongan rambut maduratna begini?"
"Kan mbak nyuruh begitu."
"Kan saya udah kasi modelnya dan minta disesuaikan dengan jenis rambut saya."
"Tapi udah kepotong mbak."
"Uuuhhhh......ingat yah mas, level saya sudah tinggi di kursus penzolimian!!!!."


Endingnya gue gak ngasi tip buat hairstylist tak berperasaan itu. Asli tampang gue udah makin tomboy. Dengan sepatu kets, jeans, T-shirt and bagpack and mulut manyun gue keliling mal galeria. Kalo gitu tampilannya, preman pun ga niat menjarah gue. Harus mulai mengeluarkan rok-rok lagi untuk mengimbangi tampang yang udah makin preman, kalo enggak, gue bisa ketukar ma si Ipunk karena potongan rambut kita sebelas duabelas. Kesian orang tua kami, gak ketukar aja ngerepotin apalagi ampe ketukar, sama gue lagi. Pasti langsung ababil bokap wisenya si Ipunk .