Februari 06, 2013

Desperate Father 3

Wokeh sodara-sodara, gue sudah punya kelanjutan dari 'Desperate Father' story part 3. Ceritanya gue udah lama gak pernah menghubungi si baby boy itu. Gue sibuk, banyak yang lebih penting yang harus gue pikirin and kerjakan. On a boring Saturday, gue nemu 2 miscalls dari Desperate Father. Hedeh...paling nanyain kabar anaknya. Gue mualez abis ngebalesnya secara gue gak punya laporan. Ngebayangin gitu macam pak mandor nagih laporan proyek jembatan kali surut pada anak buah malangnya:

Bang Mandor : Sudah sejauh mana panjang jembatannya?
Anak Buah : Sejauh mata memandang pak.
Bang Mandor : (gebrag meja sambil milin kumis)
Anak Buah : (panik)
Bang Mandor : (mata melotot. Habis milin kumis sekarang nyambung ke nyabutin bulu idung)

Hah....gue lagi setres makanya gak nyambuk gak jelas gitu.

Shortly, malemnya baru dah gue kabari entu bapak sambil dinner ngemper di pingir jalan.

Gue : Sorry om baru bales, rempong banget dari siang (ngeles tingkat akut). What's up? Nanyain anaknya? Kagak ada laporan. Gelap gulita.
Desperate Father (DF): Yah...gitu yah....
Gue : Iye om, saya apa adanya neh.
D.F : Kalau gitu saya juga ada temen yang anak ceweknya maunya saya coba jodohin juga. Tapi kalau bisa sih situ yang jadi mantu.

Asli gue keselek es batu yang gue pakai mainan di mulut. Jadiiii.................selama ini...........gue jadi proyek percobaan gitu???? Bah.....ilpil dah gue sama si bapak dan tiba-tiba gue pengen mengibarkan panji perang sambil berdiri di kubu anaknya. Ngebayangin gitu another cewe malang bakal dikasi skenario kayak gue dan dengan polosnya si cewe mau dan kalem ngikut. Haduh...haduh...jiwa preman gue muncul. Gue udah esmosi jiwa. Bukan karena gue gak jadi dijodohin. Nope...... Gue ngerasa jadi kurban bapak-bapak yang mekso jalan hidup anak-anaknya berdasarkan caranya sendiri. Automatically sifat gue yang nyablak muncul dari kegelapan (sifat ini sangat gue haramkan muncul).

Gue : Om, jangan jek dipaksain gitu bukannya tambah ribet entar jadinya. Saya paham orang tua ingin yang terbaik buat anaknya tapi kami juga punya pilihan atas hidup kami. Mungkin gaya hidup kami belum bisa anda terima. Seperti kata iklan 'life is adventure'

Hmmm....tiba-tiba kok gue ngerasa kejam banget ngomong gitu.

Gue : Eh maap yah om, gak maksud menggurui cuma pengen menyuarakan hati kami yg suka jadi kurban. Maap ye.
D.F : Saya tidak pernah memaksa. Maap kalau begitu
Gue : (matek aku........tepok jidat...tepok jidat......kayaknya dah salah ngomong dah. Auranya dah gelap-gelap semriwing meski liwat SMS. Jangan-jangan gue dikutuk kayak Malin Kundang. Cepat...cepat...bikin surat wasiat)
: Bih...jangan serem gitu om, nyantai sajalah ma saya. Saya no problem, cuma kasi masukan.
D.F : Maap sekali lagi atas semuanya dan salam untuk semua.
Gue : (buang hape ke tas and mulai berfikir membuat keonaran. Gue telpon anaknya dan ceritakan semuanya. Yak...sekalian gue kacaukan semua biar memorable gitu gue)


Gue -------> coba menghubungi si baby boy. Keyakinan sangat kuat untuk pengakuan dosa dan mengakhiri semuanya.
Baby Boy -------------> mangkal di pos ojek. Suasana ribut dan kagak denger dering hape.
Gue -------------> banting hape karena desperate pengen nyembur seseorang tapi tak tersalurkan
Gue ------------> keliling kota naek motor galau megal megol and berakhir di Gramedia.
Bapak Mesum -----------> ngelirikin gue terus di gramedia
Gue -------------> sibuk cari buku dongeng sambil ngomong sendiri
Bapak Mesum -------------> merper sambil lirik-lirik
Gue ------------> ngupil di depan si bapak mesum.
Bapak Mesum -----------> ilpil. Menghilang ditelan buku-buku.
Baby Boy --------------> coba menghubungi gue 2 kali.
Gue ------------------> kena razia motor dan mesti ngadepin bapak-bapak polisi kumisan yang mesti gitu udah malem tetep eksis pake sunglasses.
Anak sapi galau -----> mencoba suicide dengan berdiri di tengah jalan
Gue -------------> mangkel. Bete. Speechless. Mikir, ini di India atau di Bali
Anak sapi galau -----------> 'moooooooooooooooooo.........'
Gue ------------------> ambil tali sapi yang ngegantung di lehernya. Narik sapi ke tanah kosong sebelah tapi gagal dan selanjutnya sukses mengikatnya di pintu gerbang rumah seseorang. Arrrrrrrrrrgggggggghhhhhhhhh.................

Arriving in my flat, I saw 2 miscalls from Baby Boy. Wokeh...this is the time. Gue mulai mencoba menelponnya. H2C banget alias Harap-harap cemas. And guess what, he picked up my call. Too excited without realizing the result.
Gue : Halo.....
BB : Halo....gemana?
Gue : Lagi dimana?
BB : Di *3#*###@@** kal--------
Gue : Apa? Halo....halo....
BB : Ya ha--------o------at------******&^%$*&^%$###
Gue : Hadohh....gak jelas...putus-putus neh.... Gak bisa denger.
BB : gak jelas...putus-putus neh.... Gak bisa denger......(nah loh.....kok jadi suara gue yang masuk lagi suara yang disebrang ketutupan jadinya)
Gue : Gak denger.....
BB : Ini dimana?
Gue : Di kos
BB : Apa? Di Singaraja?
Gue : Busyet. Jauh amir nyasarnya. Bukan...di kos di Denpasar....(udah setengah teriak sambil manjat balkon biar ceritanya lebih nemu sinyal padahal gak ngaruh).
BB : Oh...di Tabanan.
Gue : What????????? (ya elah kalau gini sinyalnya trus gue ngomong masalah bokapnya, entar diterimanya masalah PEMILU taon 2014. Gawat dah)
: Udah.....gak usah dah...gak jelas alna, besok aja tak coba lagi yah.
BB : Apa??? Besok kemana????
Gue : klik (matiin hape, trus lempar ke kasur, trus screaming loudly mumpung sepi, trus insaf, trus SMS kutukupret itu bilang kalau beberapa tower operator sedang tumbang malam itu, jadi ga bisa ngarep dapet sinyal perfect)

Dipikir-pikir mungkin belum waktunya dia tahu semuanya. Entahlah.....tapi gue niat banget kok bilang gue udah ngibulin dia, biar gak ada hutang kali yah. Tapi kalau Tuhan belum ngasi ijin, gue jalan kayang juga ga bakal kesampaian. Buktinya keesokan harinya gue ditelpon lagi ma bokapnya. Karena gue lagi bersenang-senang, maka gue ignore saja daripada merusak suasana. Nah malemnya baru coba gue tanyakan lewat SMS maksud menepon gue. And u know kalau gue salah kirim. Gue justru kirim ke anaknya. Awalnya gue bikin:

'What's up, Om? Ada apa?'

Gara-gara nonton si Raditya Dika, entarnya jadinya gue hapus kata 'om' and then I sent it to Baby Boy? I don't know why gue hapus kata itu. Ngebayangin gitu gue kirim kalimat yang pertama kali gue ketik, pasti udah terjadi perang Trojan di seberang sana while gue asyik nyemil jamur krispy sambil nonton stand up comedy. I thought I would find a sad almost horrible ending of this story, unfortunately it has an open ending and (may be) still to be continued. Yakkkk.....mari siapkan popcorn yang banyak.