September 15, 2011

Busway

Masih inget lagu anak-anak yang judulnya “Pergi ke Kota?' Hmmm....kalo tidak salah liriknya begini:


Pada hari minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Kududuk samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya

Tuk..tik..tak...tik...tuk...tik...tak...tik...tuk....
Tuk..tik..tak...tik...tuk...tik...tak...tik...tuk....suara sepatu kuda



Itu lagu amat populer jaman gw kecil. Pada jamannya lagu itu begitu pas dan cocok. Tapi sekarang sudah sangat tidak cocok karena tidak ada yang naik delman lagi, apalagi pergi ke kota bareng ayah. Hal itu sudah gw buktikan bareng wEwEeF.

Last sunday kita benar-benar gak punya kerjaan. Lalu muncul ide untuk melakukan suatu kegiatan yang agak menantang dan memacu adrenalin. Dan muncullah ide untuk mencoba busway baru dan pertama di Bali. Kami pengen tau gemana rasanya naek busway apalagi gw pengen tau rasanya berdiri bergelantungan sambil berdesak-desakkan, it's so challenging. Tinggal pilih spot yang bagus, mungkin bisa nemu pria bening yang bisa didesak-desak, he..he....

Setelah hom pih pah....diperoleh hasil hanya 4 anak haram yang bisa ikut aksi aneh ini. Ada gw (pastinya), Ipunk, Je, and Emon. Memang hanya kami yang masih leluasa keluar masuk rumah tanpa diharapkan kembali oleh orang tua kami. Dan..........disanalah kami berdiri, di halte busway dengan outfit yang agak saltum. Sambil menunggu bus datang, kami berpose di depan kamera ala ababil (ABG labil) tanpa peduli pandangan setiap orang yang lewat. Oh.....kami tidak sendiri ternyata. Ada sekumpulan bonek kecil yang juga ingin mencoba busway ini. Baiklah.......jadi kami tidak sinting sendiri. Akhirnya bus pun datang, dan..........cita-cita gw tercapai! Kursi sudah penuh terisi. Jadi kami harus berdiri bergelantungan. Ohhhh.....finally my dream comes true. Cuma yang melenceng dari cita-cita adalah, kenapa gw mesti desak-desakkan sama kupret-kupret ini. Si Ipunk and kawan-kawan kagak mau pindah and meper gw terus. Setelah bus bergerak, mulailah aksi narziz kami; berfoto-foto di dalam bus dengan kamera HP. Gw yakin kondekturnya punya banyak pertanyaan untuk kami tapi dia kalem aja liatin aksi kami karena kami adalah penumpang yang kesekian yang melakukan aksi narsiz di dalam bus. While kita jeprat jepret cari pose bagus untuk di upload di FB, si Ipunk melakukan aksi tepe-tepe ke kondektur bisnya. Kbetulan tampang kondekturnya lumayan. Kalau kayak gini caranya, pantes aja anak ini cepet dapet cowo dan cepet pula ngilangin cowo. Benar-benar tidak layak ditiru.
Sepanjang perjalanan itu bus penuh banget dengan suara kami. Maklum, suara satu orang wEwEeF setara dengan suara 7 orang. Nah....kalau 4 orang yang berisik sama dengan suara 28 orang. Ada beberap hal yang gw notice dari perjalanan ini:

1.Busnya murah dan bersih
2.Ini bus mau nyaingin trans Jakarta tapi kenapa kondekturnya keliling bus buat nagih bayaran plus tereak-tereak siapa yang akan turun di halte berikutnya.
3.Kondektur bisnya multi talenta. Selain harus bisa malakin penumpang, dia juga harus bisa jadi tukang parkir, especially ketika bis mau berhenti di tiap halte. Si kondektur harus bisa tereak-tereak 'maju...mundur...tarik...pas....' agar pintu otomatis bus tepat dengan posisi halte. (nah....apa bedanya dengan angkot biasa?????)
4.Busway ini tak akan pernah bisa on time, karena dia tidak puny jalur khusus. Akhirnya dia akan ngikut traffic.
5.Jalur bus ini bisa berubah sewaktu-waktu sesuai dengan mood supirnya. Lah...kalo mood supirnya pengen beli nasi ke pasar Kreneng gemana coba? Bisa macet 3 hari dah. Ini bus semakin selevel dengan angkot.
6.Bus tidak punya persediaan kantong kresek bila ada penumpang yang mabok. Semestinya ada pedagang kresek di bus ini.
7.Bus kekurangan pedagang keliling. Next time kami mau jualan makanan ringan, kacamata, jual diri, sampai ngamen di bus ini.
8.Tiap penumpang baru yang kami temui, selalu dan pasti berfoto di tengah bis. Disinyalir mereka semua punya niat yang sama dengan kami, hanya ingin mencoba. Kalau begini judulnya 3 bulan lagi bis ini akan sepi penumpang yang sudah bosan mencoba.
9.Gw akan bersurat ke dinas perhubungan agar jalurnya ditambah sampai ke kota gw, jadi gak perlu bawa motor lagi kalau mau kerja. Masalahnya...kalau mau jalan-jalan atau mampir ke mall gemana?????


Seperti gw bilang tadi, kami akan turun di BTDC Nusa Dua karena disanalah pemberhentian terakhir busnya. Dari sana kami harus menunggu bus terakhir yang akan mengantar kami ke Sanur. While waiting the last bus, kami melakukan beberapa hal kreatip:

1.Foto-foto narsiz di hamparan rumput hijau
2.Menggoda satpam museum demi mengharapkan gratisan. Dan itu gagal. Ipunk kurang mengeluarkan auranya dalam kasus ini.
3.Meneliti kondisi pantai yang sudah acak kadul
4.Meneror pedagang di pinggir pantai agar dapat harga kelapa muda lebih murah. Itupun kami hanya beli satu dan ditambah dengan merampas tikar pedagang. Asli ini idenya Ipunk.
5.Beli lumpia. (Jauh-jauh ke BTDC cuma buat beli lumpia???????)


Dagang lumpia paling mahal coz lokasinya yang elit


6.Mengutuk semua harga-harga barang di daerah ini yang tidak manusiawi.
7.Wara-wiri di depan petugas-petugas DLLAJ yang manis dan lumayan. Kami sengaja bolak-balik dan foto-foto di depan mereka dan Ipunk terpanah oleh pandangan salah satu petugas manis itu. For the first time in my life gw liat Ipunk tiba-tiba jadi shy-shy goat. Meski kami sudah paksa dia dengan berbagai cara, tapi tetep dia tak pede melakukan manuver-manuver yang biasa dia terapkan. Padahal gw sudah bikinin script kayak gini:


Gw : Lu mesti pura-pura minjem sesuatu, kresek item misalnya. Jadi lu bisa bilang, “Pak, punya kantong kresek gak?
Ipunk : “Enggak. Memang untuk apa?”
Gw : “Buat persiapan di bus, takut muntah.”
Ipunk : Pasti ntu orang langsung gedubrag ngedengernya.
Gw : Tunggu dulu, lu jarang nonton OVJ yah. Lu lanjutin dengan, “Oooo jadi tak punya yah, tapi kalau nomor Hp punya kan?
Ipunk : ?????
Gw : Telpon rumah juga boleh. Kalau punya nomor togel yang akan tembus 3 angka, sekalian deh.
Ipunk : ??????????????????????????????????????? Gw beneran pengen muntah neh.
Gw : Kalau cara itu gak mau, lu coba pura-pura ketinggalan bus. Trus lu lapor ke dia minta antar sampai dapet taxi gitu ato at least temenin loe ampe dapet taxi.
Ipunk : Prasaan taxi ada di depan kita, buk. Kabeh lagi.
Gw : Oh iya yah.....
Je : Gemana kalau pura-pura jatuhin sapu tangan di depannya?
Ipunk : Puih...........itu cara jamannya Dono, Kasino, Indro
Gw : Ah tidak, jatuhin diri aja
Emon : Jatuhin HP
Gw : Gw yang nangkep kalo gitu.
Emon : Kita foto-foto
Gw : Ah betul......kita pura-pura jadi wartawan majalah remaja yang lagi meliput bus baru ini. Nah...sekalian minta pose mereka, tapi harus loe ndiri yang berfoto ama mereka yah, Punk.
Ipunk : Kagak mau
Je : woi...woi....busnya mau berangkat.
Gw : Nah kan....gw bilang apa. Hilang sudah kesempatan loe. Ileran dah loe di rumah.
Je : Ah tidak, paling minggu depan dia kesini lagi sendiri tanpa kita
Gw : Bih.......ckckkckckck.......
Ipunk : Tapi..ambilin nong fotonya.
Emon : Beh....
Je : Please deh....
Gw : Gw pengen boker nok.


Dan berangkatlah bus terakhir itu tapi baru beberapa meter kami stuck di jalan. Terlalu banyak mobil parkir sembarangan while busnya segede gaban. Awalnya penumpang tenang. 10 menit kemudian anak-anak mulai bertingkah. 20 menit kemudian penumpang mulai rusuh. Di tengah kerusuhan itu kami melihat petugas manis itu lagi. Dia mengatur lalu lintas agar bus bisa bergerak. Rasanya gw pengen mendepak si Ipunk keluar bus agar dia bisa at least tau nomor kolornya. Tapi yang dilakukan Ipunk adalah.....tidur ditengah kerusuhan. Setelah stuck selama 30 menit, akhirnya bus ini bisa bergerak kembali dengan lancar. Haduh....disini memang belum layak punya busway mengingat jalan-jalan disini sempit-sempit.

Di tengah perjalanan, naiklah seorang ibu bersenjata. Tampang ibu ini begitu lusuh tapi mengerikan dan kejam. Keranjang bawaannya penuh dengan senjata tajam. Dari pisau, belati, chopping knife, sendok kayu sampai parutan kelapa. Ah...ternyata ibu ini pedagang keliling. Lah gw ngarepnya disini ada dagang makanan bukan dagang sajam. Imajinasi gw langsung beraksi. Bagaimana kalau ibu ini tiba-tiba menyandera kami dan meminta bus menurunkannya di depan rumahnya yang disinyalir ada dipelosok sono. Lalu dia merampok semua uang kami dan menodongkan sekeranjang pisau ke kami. Dia pasti akan memaksa kami membeli semua dagangannya. Dan semua itu terbaca.

Je : Lu pasti ngayal kita disandera yah
Gw : Ha....
Je : Ibu didepan ini menodongkan senjata gitu ke kita
Gw : He...he...he....
Je : Please deh......tuh liat si Ipunk ngobrol santai sama ibu itu.
Gw : Ah......pasti si Ipunk komplotannya. Ato itu orang lain yang menyamar jadi si Ipunk. Lalu, dimana teman kita????
Je : Please deh. Lu laper tuh makanya pikiran loe meraja lela.
Gw : Iya nok. Kita makan apa yah
Je : Pizza aja
Gw : Apa saja gw rela


Dan berakhir sudah petualangan kami dengan busway. Kami akhiri petualangan ini dengan (tetep) berfoto-foto ria di depan traffic light. Kalau saja emak kami tau apa yang telah kami lakukan seharian ini, pasti mereka akan menyesal telah melahirkan kami.


Life is wonderful.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar