Juli 16, 2013

Kadaru Oh Kadaru


Ini kisah tentang dua mantan musuh bebuyutan di jaman perang dunia ke 2. Adalah seorang Indonesia dan seorang Jepang yang karena kesalahan nenek moyang mereka akhirnya dipertemukan kembali di jaman serba 'touch'. Ini adalah kesekian kalinya si gadis Jepang mengunjungi si Indonesia. Katakanlah dia tetangganya Shinchan dan dia masih berhasrat bisa mengajak kadal jalan-jalan pagi dengan mengikat tali di leher si kadal. Dan jika ada yang bertanya siapa pacarnya, jawabnnya hanya satu 'Saya pacar tokek'. Hah....dunia memang sudah terlalu jenuh.

Pada suatu sore nan cerah, si gadis lokal dengan desperatenya mengajak tantenya Shinchan ini ke suatu sawah nan hijau permai untuk mengejar kadal. Sungguh suatu kegiatan yang layak diacungi jempol di musim liburan inni. Kegiatan ini lebih baik daripada mengejar garong. Dan ketika mereka berdua sampai di sawah, seekor kadal kecil berlari di depan mereka bagaikan setan kesiangan lewat (buru-buru banget).

"Ah....itu kadalnya."
"Mana? Kadaru mana? Doko??? Doko???
"Disana!"
"Tidak ada. Eh......tidak lihat."
"Sudah hilang. Kadal itu shy-shy cat."
"Ha??????? Itu neko kadaru?"
"Noooo.....itu kadal shy-shy neko."
"Ha????" Nan desu ka?"

Itu merupakan sebuah dialog yang sangat tidak layak disimak dengan seksama, cukup anggap sebagai angin lalu. Semakin anda simak dan berusaha mengerti, semakin terjerumuslah anda ke lembah 'kadaru'.

Setelah jungkir balik, ngesot, nyemplung kali ditemani semut gatal plus semut rang-rang ditambah bonus beberapa tawon, maka bertemulah mereka dengan seorang petani baik hati.

"Mencari apa,dik?"
"Cari kadal pak. Ini neh teman saya mau liat kadal. Susah sekali carinya."
"Oh.....di dekat gubug sapi saya banyak."
"Oh ya? Boleh dong pak carikan."
"Boleh. Mari."

Dan begitulah the Three Musketeer beringin dengan semangat membara di pematang sawah untuk berburu kadal. Ketika mereka sampai di TKP si bapak petani baik hati nan apes mulai mengais-ngais kerimbunan semak demi mencari jejak sang kadal. Si gadis Jepang berdiri mengamati dengan excited, berharap menemukan seekor kadal besar. Sedangkan si gadis lokal sibuk dikerubuti semut maha nakal. Saat itulah dia berharap si bapak menemukan Godzila sehingga kampret ini kapok merindukan kadal Indonesia.

Tiba-tiba si Jepang berteriak.
"Ah.....itu...itu....."



Si bapak petani baik itu mulai mengejar sang kadal yang begitu gesit dan lihai melarikan diri. Berkelit ke kanan lalu ke kiri, dikejar dengan sakau. Sedangkan si Jepang jadi pom-pom girl nya.

"Itu...disana.....hah....lari kesana lagi.....hilang....."

Si petani masih mengejar dengan membabi buta sambil sesekali terjatuh disana sini.
Sang kadal pun tidak kalah mengkadal buta melarikan diri dari kejaran si petani.
Si gadis lokal hanya melihat aktivitas aneh itu sambil menanti moment si kadal berubah menjadi Godzila raksasa di balik semak lalu menyembur api mereka semua. Setelah itu pasti mereka bertiga seperti memiliki kewarganegaraan yang sama.

Beberapa menit kemudian si bapak petani mulai insyaf. Dia lelah melakukan kegiatan bodoh itu. Dan saat itulah dia berkata.

"Kadalnya sudah hilang. Susah cari."
"yaaahhhh.......". Si Jepang mulai manyun kecewa.
"Mau kadal yang lebih besar?" Si bapak mulai nyiram bensin ke bara api neh.
"Mau.........." Tuh kan benar api semangatnya sudah berkobar-kobar.
"Emang ada pak?" Si gadis lokal dengan skeptis mulai memperhatikan sepasang manusia di depannya.
"Tunggu disini."

Dan mulailah si bapak beraksi. Dia mengambil tangga bambu lalu dibawa ke suatu tempat. Dia sandarkan tangga itu di pohon pepaya dan mulailah dia memanjat. Si gadis lokal sibuk berfikir apa bapak ini memang punya penangkaran kadal diatas pohon pepaya. Trus kenapa tadi dia sibuk jumprat-jumprit ngejar kadal?
Beberapa saat kemudian si bapak kembali dengan sebuah pepaya kuning yang sudah masak.

"Ini kadalnya. Besar kan." Si bapak tersenyum tulus memberikannya.
" Wahhh...besar.......turima kasih."
"Ya...ya....pak....itu kadal dari planet Zion."
"Nanti kalau ketemu kadalnya, saya tangkapkan."

Nah...kan....ini tandanya kiamat sudah dekat. Apakah hanya si gadis lokal itu saja yang bisa berfikir waras di situasi ini atau hanya dia yang sudah tidak waras. Sekarang dia minta kadal, besok dia minta biawak, selanjutnya pasti dia minta dinosaurus. Mungkin sebaiknya dia memindahkan rumahnya ke pulau komodo sehingga sakaunya terobati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar